Sabtu, 21 Mei 2011

Protes.

1
K: "Kamu ini wanita apa bukan sih, dandan napa. cewek kok gitu."
A: "Emang cewek harus dandan?"
K: "Iya."
A: (diam)

2
I: "Kamu jalan sama dia?"
A: (ngangguk) "Emang kenapa?"
I: "Mendingan jangan lagi deh, dia itu kan bla bla bla bla..."
A: "i'm not child anymore, sist. Aku jaga diri kok!"
I: (menghela nafas)

3
A: "Aku pilih kantor ini deh di polling, mudah-mudahan dapet"
P: "Ngapain kamu pilih itu, kan lebih bagus pilih kantor yang ini, lebih ini lebih itu"
A: "Aku bosen sama kota yang itu, pengen yang lain"
P: "Kamu itu cewek, nggak mikir nanti kamu kalo ini kalo itu bla bla bla bla"
A: (senyum)

4
A: "Aku sayang tauu sama kamu"
B: (diam) (senyum)
A: "Kok diam sih, aku ngomong sama kamu tau, direspon kek."
B: (senyum lagi)

****

Kalian pernah terlibat percakapan seperti itu?
Aku sering.
Bercakap dengan orang-orang yang "perhatian" seperti itu kayak udah jadi makanan sehari-hari buat aku.
Percakapan PROTES, aku menyebutnya.

****

Padahal kan tiap orang punya hak untuk memilih,
Punya cara sendiri untuk hidup.

Selasa, 17 Mei 2011

Rindu #2: Kunyuk

Aku tidak pernah tau makhluk seperti apa rindu itu, tapi kami sering bertemu. Kadang dia mencolek daguku ketika mataku mulai terpejam, membuatku tersentak, lalu terpikirkan olehku satu nama. nama yang random, yang mungkin sang rindu sebenarnya yang merindui nama itu, bukan aku. Rindu memang usil.

Tapi sekali ini, rindu sepertinya serius, dia memaksa nama yg bukan dirinduinya, tapi aku yang merindu. kunyuk.

Entah darimana mulanya aku memanggil dia dengan nama itu, aku tidak peduli, aku hanya suka memanggilnya begitu, karena dia lucu, selucu kunyuk. Selucu panggilannya kemudian untukku, monyet :)

Dan rindu tau saja darimana harus memunculkan rasanya.

Sms.
sesingkat itu rindu bisa mengusik aku untuk memunculkan namanya.
kemudian aku dipaksa mengingat semua keanehannya, keanehan kunyuk. Keanehan yang selalu bisa membuat aku lupa masalah-masalah yang aku punya, lalu kami tertawa bersama.

Rindu tentang kunyuk tak pernah ada habisnya, mirip seperti dulu ketika setiap waktu aku selalu ingin pulang ke rumah, dielus kepalanya, ditenangkan hatinya.

Rindu tentang dia itu racun. Karena sekali merindukan dia akan terus merembet kemana-mana, merembet ke dalam rindu lain yang entah kapan akan tertuntaskan.

Rindu tentang dia itu mencekik, karena aku tau kesempatan untuk bertemu dia hampir sudah tidak ada.

Ah biar, jika tidak ada pertemuan lagi dengan dia berarti tidak ada rasa kehilangan lagi kan?

Rabu, 11 Mei 2011

Laki laki dan Perempuan

“Apakah semua laki di dunia ini sama?, Mereka semua punya hobi menyakiti, ya?”
Itu pertanyaan terbesar yang pengen banget aku ungkap jawabannya sejak aku lepas SMA, sejak aku mulai banyak berinteraksi dengan makhluk-makhluk berjakun yang menjadi populasi terbanyak di kehidupan aku.
***
Kemarin ketika aku menghadiri sebuah acara resepsi pernikahan seorang teman, aku dibuat manyun teman yang aku temenin ke resepsi itu, kenapa?? Sepanjang jalan dia ngomong terus di telpon, aku dicuekin. Tau kan rasanya dicuekin itu kayak apa? Kayak makan jeruk yang nggak manis, dan nggak asem, hambar.
Cerita punya cerita, ternyata orang yg berbicara di telpon itu seorang perempuan, dia nangis sejadi-jadinya karena ternyata si empunya resepsi yang kami hadiri ini “calon”nya dia –menurut si perempuan. Tapi kok malah nikah dan dia nangis-nangis?? Itu dia, ternyata si laki ini ngingkari janjinya. Nggak tau deh cerita sebenernya gimana, tapi dari isi sms dan perbincangan teman aku itu, si laki emang pernah janji serius sama perempuan ini, udah sampe ke orang tua malah, tapi belakangan ketauan kalau si laki udah tunangan duluan sama yang duduk di sampingnya di pelaminan resepsi kemarin. See?? Orang yang menyakiti itu laki.
Kemarinnya lagi, seorang teman dekat aku curhat. Tentang perbincangan ringan antara ayah dan ibunya yang biasanya memang sering mereka lakukan sambil makan malam bersama, entah kenapa, mungkin si ibu ada salah bicara, dan si ayah jadi marah besar sampai akhirnya seisi rumah jadi tidak ada komunikasi, masalah sepele kan ya, tapi si ayah langsung berang, keluar deh hobi marah-marah. Dan si ayah itu laki.
***
Mungkin memang nggak adil meng-generalisir semua laki itu sama hanya dengan dua cerita di atas. Tapi aku belum pernah tuh dipertemukan dengan laki yang belum pernah nyakitin perasaan perempuan.
Perasaan??
Hey hey, mungkin itu kuncinya.

***
A: “Apakah semua laki di dunia ini sama?, Mereka semua punya hobi menyakiti, ya?”
X: “...”
A: “Kayaknya nggak sih ya. Perempuan aja yang ke-PD-an, terlalu pake perasaan, terlalu percaya sama janji-janji palsu, terlalu berharap yang ada dalam otaknya jadi kenyataan.”
X: (Senyum)
X: “mmm... kamu ini laki apa perempuan sih sebenernya??”

Senin, 02 Mei 2011

Abnormal

Hidup di lingkungan abnormal bagi orang yang memang abnormal seringkali merupakan suatu hal yang positif.

Ada kondisi2 tertentu dalam lingkungan abnormal itu yang bisa jadi adalah obat ke-abnormal-an.

Seperti minus tiga yang dicampurkan dengan minus tiga atau minus-minus lainnya, tidak selalu menjadi positif memang, tapi dengan formula yang pas minus tiga yang dicampur itu selalu bisa menjadi positif. Dikali, mungkin, atau dibagi?

Semisal gadis tomboy yang hidup dalam komunitas lelaki brutal. Dua kemungkinan, si gadis menjadi semakin tomboy, atau dia smakin feminim. Kuncinya adalah bagaimana dia mengambil pelajaran dari lingkungan itu, mengali, membagi, atau dia mensyukuri dirinya sendiri.


*banyak hal abnormal dalam hidup ini, bagi para abnormal: sadarlah segera. bagi para yang normal: tolong terima kami apa adanya.