Jumat, 14 Desember 2012

Saya bermasalah dengan kegelapan. Setiap mati listrik, walaupun sudah tidur nyenyak, saya akan tetap tau lalu terbangun. Begitu juga ketika berkendara. Ketika berkendara malam hari saya sering "gelagapan", bingung mana jalan yang seharusnya saya lewati, yang tidak ada lubangnya.

Tapi tadi pagi saya disadarkan. Ketika matahari pagi bersinar terik, saya lebih kewalahan. Sinarnya menyilaukan mata saya sehingga bukan hanya melihat lubang untuk dihindari saja yang susah, tapi mengetahui bahwa di depan saya ada pengendara lain pun sulit. Mata saya bahkan susah untuk melihat normal, tidak terpicing.

Hidup pun seperti itu mungkin. Saat "mati listrik" dengan gampang kita mencari korek dan lilin untuk mendapat cahaya. Saat susah dengan gampang kita merengek-rengek berdoa pada Allah untuk dibantu. Tapi saat senang, saat "sinar matahari" menyilaukan mata, kita dipenuhi kecukupannya, akan sulit sekali kita melihat-Nya, boro-boro untuk membagi sinar matahari ke yang lainnya, bersyukur pada-Nya atas nikmat tersebut pun kadang kita ogah.

Semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Dicukupkan rezekinya, dan dijadikan menjadi hamba-hambaNya yang senantiasa bersyukur. Amin

Kamis, 06 Desember 2012

Dental Klinik di Binjai

Sejak gigi saya dicabut sekaligus tiga buah ketika SD, saya enggan ke dokter gigi lagi. Jika tidak terpaksa untuk pemeriksaan kesehatan pas penerimaan PNS mungkin saya tidak mau kesana lagi. Syukurnya pemeriksaan kesehatan untuk PNS tersebut cuma di cek saja, tidak ada tindak lanjut harus diapakan rongga mulut saya ini. Tapi sekitar sebulan ini, saya merasa nggak nyaman dengan gigi saya, jadi mulailah saya mencari-cari dokter gigi. Awalnya saya mencari dentist yang buka praktek di hari minggu, ternyata nggak ada.

Jadilah kemaren sore, di jam pulang kantor masih dengan seragam yang dikira orang pegawai PAM, saya ke dokter gigi. Di Binjai ini ada beberapa dentist di jalan Sudirman, dan di Jalan Kartini. Rata-rata buka tiap hari jam 4 atau 5 sore hingga jam 8 atau 9 malam. Tapi karena di praktek praktek dokter tersebut cuma ada 1 orang dokter dengan antrian yang lumayan, saya memutuskan mengikuti saran kholida, anak magang di kantor, untuk ke dental klinik yang ada di jalan samanhudi tepat di depan smp 1 Binjai. Di dental klinik yang bernama Alfi's Smile ini ada 4 orang dokter gigi yang bertugas, peralatannya cukup banyak sehingga dalam satu waktu bisa menangani sampai dengan 8 pasien, ditambah lagi pekerja yang cukup kompeten menurut saya. Informasi ini saya berikan mengingat betapa sulitnya saya mencari informasi tentang dokter gigi di Binjai ini, lumayan kan buat para pembaca yang mungkin sedang searching dentist terdekat. Oh iya, dental klinik ini buka dari senin sampai sabtu dari jam 9 pagi sampai jam 9 malem (untuk sabtu saya kurang tau sampai jam berapa pastinya).

Tarif di dental klinik ini cukup terjangkau. Kemarin (per tanggal 05 Desember 2012) saya membersihkan karang gigi/scalling tarifnya 100.000, lalu untuk tambal gigi tergantung berapa banyak yang ditambal. Umumnya 1 gigi tarifnya 100.000 juga. Pas scalling ternyata ketauan kalo ada gigi saya yang sudah rusak, jadi sekalian saya mencabut gigi karena ternyata ini geraham bawah sudah tidak perlu dipertahankan. Tarif cabut gigi di klinik ini beragam, tapi kemaren sih saya juga dikenai tarif 100.000, jadi total semuanya 300.000. Nggak tau di dokter lain gimana, yang pasti antrinya pasti lebih lama dari dental klinik ini.

Oh ya, satu lagi, cabut gigi pas udah segede ini ternyata sakit juga, apalagi geraham. Jadi pastikan gigi yang mau dicabut goyang biar nyabutnya juga nggak susah, jadi nggak sakit banget. Dan rajinlah merawat gigimu, biar nggak perlu ke dokter gigi buat di scalling, ditambal, apalagi dicabut karena rusak.

Rabu, 05 Desember 2012

3D Pertama

Hebohnya orang-orang membicarakan film baru "Life of Pi" gara-gara liputannya di salah satu stasiun TV swasta membuat saya penasaran, film apa sih itu? Akhirnya kemarin sore, usai rapat, saya menyempatkan untuk nonton di bioskop di Medan. Yah, nasib tinggal di kota kecil ya begini, bioskopnya nggak oke, film yang diputer juga, jadi kalo mau nonton film yang asik harus ke kota sebelah. Apalagi yang 3D.


Sesorean kemaren, ditemenin teman yang masih magang --karena yang pegawai pada susah diajak keluar di jam kerja-- saya nonton film 3D pertama dalam hidup saya. Film Life of Pi.





Film yang sederhana, tentang seorang anak yang punya rasa ingin tau yang besar, yang sedang dalam pencarian akan Tuhan. Ceritanya dimulai ketika keluarganya terkena krisis, pindah ke kanada, namun di perjalanan kapal kargo yang ditumpanginya tenggelam, menewaskan seluruh penumpang, termasuk keluaganya dan binatang-binatang peliharaan papanya, satu-satunya yang selamat adalah dia, Pi, anak yang namanya berasal dari nama salah satu kolam renang di Prancis. Pi selamat dalam sekoci bersama zebra, babi hutan, orang utan, dan macan. Semua binatang itu pun akhirnya mati, kecuali si macan yang diberi nama Richard Parker, jadilah Pi hidup dalam sekoci bersama Richard Parker yang awalnya macan buas kemudian dilatih oleh Pi menjadi macan yang penurut.


Petualangan Pi dan Richard seru banget di film ini. Walaupun setting nya cuma di tengah laut biru, tapi tiap momennya rasanya "wah", kayak pas di bagian laut yang penuh dengan ubur-ubur biru dan lautnya bercahaya, pas airnya tenang kayak cermin, pas malam hari di laut yang tenang dan langitnya banyak bintang, ah pokoknya keren lah film nya. Nggak rugi ngabisin duit banyakan dikit buat nonton yang 3D.3D pertama saya jadi sangat mengagumkan karena film yang saya tonton juga mengagumkan.


Ending film ini juga "dapet" banget. Tentang hidup yang luar biasa karena ada campur tangan Tuhan. Tuhan yang nggak kemana-mana ketika kita tertimpa musibah, Tuhan yang selalu ada walaupun kadang bagi kita nggak ada.


Review film ini yang lebih lengkapnya bisa ditemukan banyak di mesin pencarian. Di blog ini cuma sekedar pengalaman saya aja pertama kali nonton 3D.


Sekian dan terima kasih kepada Nanda yang sudah menemani saya nonton :)

Selasa, 04 Desember 2012

Repetan Jalanan

Hal yang paling saya hindari belakangan ini adalah ke medan naik motor sendiri. Jadi sudah sepuluh kali sampai pagi ini saya berangkat ke atau pulang dari medan dengan angkot, atau diantar jemput. Bukan manja, tapi waspada.

Lalu lintas binjai medan dan sebaliknya makin lama makin parah. Jalanan selebar hampir 15 meter penuh sesak dengan kendaraan yang penggunanya astaghfirullah semrawutnya. Nggak taat aturan. Terakhir kali sebelum pagi ini saya dan Gusti malah disuguhi pemandangan pengendara motor yang meninggal karena jatuh tersenggol truk kontainer. Lalu mayatnya masih berdarah darah hanya dipelototin sama orang orang yang lalu lalang. Resonansi sesama manusia mulai banyak berkurang. Saya takut kota ini menjadi seperti jakarta yang warganya kebanyakan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada warga lainnya.

Jalanan binjai-medan-binjai menjadi jalan paling memacu adrenalin buatku. Jalurnya luruuuuuussss aja sepanjang 9 km, nggak ada separator yang misahin jalur, cuma garis putih aja, jadi pengendara pun dengan seenaknya sering mengambil jalur lebih sampai pengendara dari arah berlawanan nggak kebagian jalur yang jadi hak nya. Kendaraan yang lewat pun bukan main, bus lintas medan-aceh-medan yang terkenal nekat nekatnya, truk truk kontainer yang keluar masuk pabrik di sepanjang jalan medan binjai, angkot-angkot yang supirnya orang-medan-yang-terkenal-semrawut-sejagad-nusantara, dan motor motor yang jumlahnya semakin lama semakin seperti daun cocor bebek, jatuh satu ke tanah, malah tumbuh sepuluh tunas baru.

Pengennya sih pemerintah yang berkaitan dengan masalah ini tuh liat gitu gimana sengsaranya rakyat yang tiap hari lewat jalan itu. Dibuat separator kek, atau lampu lalu lintas kek di simpang-simpang besar, atau dibuat regulasi lah minimal biar truk truk besar --yang kadang bawaannya muatan pasir nggak ditutup di bak sampe pengendara di belakangnya kelilipan-- itu nggak lewat jalan itu di jam sibuk, kan bisa tuh ngurang-ngurangin kemacetan dan angka kecelakaan.

Kasian mama yang tiap saya ke medan was was ada apa apa di jalan.

Semoga pengendara di jalan medan binjai diberi keselamatan.

Sekian.

Selasa, 27 November 2012

D4 Katanya

Kisruh pendaftaran D4 di kampus saya akhirnya usai. Angkatan saya fix diizinkan mendaftar dan mengikuti ujian. Agak aneh memang, tapi sepertinya angkatan saya memang sedang ketiban berkah. Ditengah ketidakjelasan adik kelas akibat moratorium, angkatan saya malah dipanggil diklat DTSD seangkatan, dipanggil diklat fungsional seangkatan akuntansi, dan sekarang malah diizinkan daftar D4. Alhamdulillah sekali.

Kemarin, 26 november 2012, pendaftaran resmi ditutup. Saya tidak mendaftar. Bukan tidak ingin, tapi saya tidak menemukan alasan yang pas untuk akhirnya mendaftar.

Memang tidak ditanya kenapa jika pun saya mendaftar. Tapi saya rasa saya akan merasa sangat tidak bersyukur jika mendaftar.

Saya penempatan di homebase. Itu sudah satu nikmat besar di instansi ini. Homebasenya bukan mepet pula, tepat, benar benar di homebase. Jadi merasa nggak adil gitu mengurangi kesempatan teman-teman yang jauh penempatannya untuk balik melalui D4 ini.

Teman-teman akrab saya di kampus dulu pun ternyata nggak pada daftar. Banyak cicilan lah, mau nikah lah, harus jaga anak lah. Jadi saya memang didukung untuk tidak mendaftar.

Ya, kalaupun saya ikut saya belum pasti lulus. Tapi nggak ada salahnya toh mengalah. Nggak papa badan nggak tumbuh lebih besar, yang penting pikiran tumbuh lebih dewasa.

Salam.

Selasa, 20 November 2012

Diklat day #2

Hari yang baik harusnya dilewati dengan mental dan fisik yang baik. Itu sebabnya jam 5.45 pagi tadi udah senam-senam di halaman balai diklat.

Pelajarannya masih pph dan pph. Syukurnya tadi sempat tidur siang di tengah-tengah jam belajar :)

Lagi-lagi yang masuk ke otak bukan pph nya, tapi belajar hidupnya.

Jadi siapapun kita, sebagai apapun kita, jangan pernah takut ketinggalan. Tetaplah tingkatkan kualitas diri, karena serendah apapun pangkat kita, jika kompetensi kita baik, kita akan tetap dicari. Dibutuhkan.

Sekian dan terima mi ayam.

Senin, 19 November 2012

Diklat day #1

Sepagi tadi disibukkan sama ransel berisi kemeja putih. Kayak balik ke kampus lagi. Hari ini resmi dimulai diklat pph dasar. Saya terpaksa diasramakan, ninggalin mama berdua sama via, adik yg paling kecil.

Malam ini udah tidur di asrama, balai diklat keuangan, dengan kondisi mengenaskan. Tanpa teman sekamar. Dengan televisi yang gagal nyala karena ternyata emang udah rusak.

Namanya diklat pph tentu yg dipelajari pph. Tujuan diklatnya juga biar paham itu. Tapi dari pengalaman dosen yang masuk tadi, tujuannya bukan itu. Kalau cuma pengen peserta didik memahami pph, bagikan saja modul, baca lalu ujian. Saya yakin mereka semua ini pintar. Tapi diklat ini bertujuan sharing, belajar hidup, dan menghidupkan.

Masi ada 4 hari lagi. Harus semangat.

Oh iya, terima kasih buat rahmat, udah mau repot repot ngirim boneka kucing hasil impornya. Semoga dapet pengganti sinta :)

Kamis, 08 November 2012

Ceritanya pas tanteku nikahan dua tahun yang lalu kami sibuk buka-buka kado usai pestanya. Dari sekian banyak kado yang dibuka, kami menemukan kado jaket, bukan jaket baru pula, bekas, keliatan dari bentuknya. Heran kan? Heran ya, harus heran dong.


Setelah dibongkar lagi, ternyata di dalam kado berisi jaket itu ada surat. Surat cinta.

Surat itu kira-kira berisi ucapan selamat kepada si om karena akhirnya menikah sama tante, bukan sama dia. Lalu dia mengucapkan terima kasih buat jaket yang dulu pernah dipinjamkan pas boncengan motor, di masa SMA. Terakhir dia mengatakan dia menyesal karena nggak mengungkapkan cinta nya dari dulu, kenapa dia nggak punya keberanian, bahkan untuk mengembalikan jaket si om.


Yang mau saya bilang dari cerita ini, jangan bilang kamu nyesal kalo usahamu cuma diam.


*inspired by random tweets 8 nov 2012

Rabu, 07 November 2012

Ada Apa Dengan Sendiri?

Kenapa orang-orang begitu heboh dengan saya yang bisa dengan enaknya menikmati kesendirian.

Apa anehnya sih menonton film di bioskop, lalu asyik menyantap ayam goreng kfc sambil mengutak-atik handphone di tangannya, kadang tersenyum, kadang mengerutkan dahinya, sendiri?

Kan nggak semua aktivitas harus dilakukan beramai-ramai, sambil ngobrol kesana kemari kan?

Bukankah sendiri itu biasa saja? Kenapa orang-orang yang jomblo itu panik di usia seperti saya. Toh punya pasangan juga nggak menjamin bisa melakukan aktivitas bersama kan?

Heran.

Padahal pas lahir juga sendiri keluar dari rahim ibu. Dan nanti meninggal juga sendiri-sendiri kan dikuburinnya?

Senin, 29 Oktober 2012

Idul Adha Kali Ini

Idul adha ini nggak semeriah seperti yang saya ekspektasikan, tahun-tahun lalu juga sih, tapi itu biasanya karena penentuan tanggal hijriahnya nggak sama antara pemerintah, kementerian agama lah khususnya, dengan Muhammadiyah, organisasi agama yang diikuti keluarga saya selama ini. Tahun ini nggak tau kenapa, tapi rasanya idul adha nya sunyi. Halaman mesjid sebelah rumah yang harusnya ramai malah cuma terisi separuhnya, plus cuaca yang mendung sejak subuh pagi, jadi aura lebarannya tuh nggak semangat.

Bicara idul adha, seharusnya kita memaknai benar maknanya, adha berarti menyembelih, atau telah menyembelih. Apa yang disembelih? Hewan ternak. Kurban lebih pamor nya di kalangan kita. Sejarah penyembelihan hewan ternak ini dimulai sejak zaman nabi Ibrahim as yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail as yang kemudian dengan kuasa-Nya nabi Ismail digantikan menjadi seekor domba.

Kenapa kita sebut kurban? Karena yang disembelih adalah hewan ternak, sebagian dari harta yang kita cintai, kata khatib sholat kemarin sih. Allah tau bahwa manusia sangat mencintai dunia dan harta yang dimilikinya, makanya kewajibannya disebut kurban. Sama seperti kita mencintai seseorang, lalu kita harus merelakan orang tersebut, namanya kita mengurbankan kan, kurban perasaan, hahaha.

Di mesjid sebelah rumah, hewan kurbannya 6 ekor sapi sama 4 ekor kambing. Diliat dari jumlahnya sih lumayan ya, tapi kalau diliat dari perbandingannya dengan jumlah jamaah yang ada itu dikit banget. Masih banyak yang belum mampu mungkin ya, atau pada kurban di tempat lain. Padahal ya (kata Pak Khatib lagi) menyisihkan harta untuk berkurban itu nggak bakal buat kita miskin, malah pahalanya banyak banget, sebanyak bulu di hewan yang dikurbankan, itung noh sana berapa banyak bulunya kalo bisa.

kemeriahan idul adha kali ini bertambah pas belum selesai nyembelih semua kurban tapi ujan udah turun deras, jadi kucar-kacir petugasnya, Alhamdulillah kurban yang kelompok saya udah disembelih, jadi saya bisa lari kerumah, lalu tidur, hehe.


"Dan dirikanlah sholat, dan berkurbanlah. (al Kautsar ayat 2)"

Rabu, 17 Oktober 2012

Trip to Tuk-Tuk

Kesempatan datang berkali-kali bagi yang menjadikannya kesempatan, misalnya minggu lalu, saya dan teman-teman kerja sekantor diundang ke resepsi pernikahan salah satu pegawai di Pematang Siantar yang jaraknya 3-4 jam lewat darat dengan kecepatan 60-80 km/jam, rasanya sia-sia perjalanan segitu lama cuma buat undangan setengah jam lalu balik lagi kerumah. Jadi dengan didukung orang-orang sevisi saya dan berenam rekan kerja merencanakan untuk melanjutkan perjalanan ke danau toba, tempat wisata terdekat dari tempat resepsi. Pada tau kan ya danau toba? Kalau nggak tau googling dulu deh.
Pagi itu, sabtu 6 oktober 2012 saya dan Tomi, teman sekelas masa SMP saya yang baru saya temukan lagi, berangkat dari Binjai. Buat yang belum tau, Binjai itu ada diujung kalo lihat di peta provinsi Sumatera Utara ya. Perjalanan menuju ke kota Medan, menjemput satu-persatu teman sevisi yang udah direncanain. Kira-kira jam 10 lewat kami start perjalanan ke Siantar dari Medan.

Bagian Medan-Siantarnya saya skip aja ya, nggak ada yang penting kecuali jalanan disini yang mulus, nggak seperti yang dibayangkan teman-teman kuliah saya dulu kalau di luar pulau Jawa itu aksesnya nggak bagus.

Sampai di Siantar kami ke tujuan utama, kondangan :) Ini kali pertama saya hadir ke resepsi orang Batak dengan pesta adat. Nggak ngikutin pesta adatnya sih karena tamu khusus rekan kerja dipisahin gedungnya, tapi rasanya ribet gitu karena pengantinnya harus ngikutin acara adat di gedung sebelah terus jalan lagi ke gedung sebelahnya buat diucapin selamat sama teman-temannya, terus balik lagi ke gedung yang tadi karena acara adatnya belum selesai. Duh, nggak lecet apa itu kaki ya bolak-balik. (Emang situ Mi nggak bisa pake high heels! :p)

Abis dari resepsi kami berniat ninggalin Siantar langsung ke Danau Toba, tapi berhubung hujan dan formasi di mobil nggak pas, singgahlah kami ke vihara avaloeblablabla (nggak tau deh namanya apa, ribet), proses ngedapetin posisi viharanya juga susah. Oh ya saya mau berpesan, kalo kalian travelling rame-rame ke tempat yang nggak ada satupun dari kalian yang tau posisinya, gunakanlah teknologi yang ada, cari pastinya alamat yang mau dikunjungi, terus cari di peta. Jangan sok pintar kalo nggak bisa baca peta arahnya kemana, mending tanya sama penduduk sekitar, daripada waktu kalian habis buat muter-muter sok tau dimana letaknya.

Viharanya nggak terlalu mencolok warnanya kayak di Taman Lumbini Berastagi, malah kesannya baru selesai dibangun karena masih banyak yang belum di cat, masih asli polesan semen. Apa istimewanya vihara itu? Disitu ada patung Dewi Kwan In, yang di film Kera Sakti itu loh, dengan posisi berdiri tegak, berukuran raksasa. Kurang tau pastinya berapa meter, tapi mungkin lebih dari 10 meter sampai-sampai dari tengah kota Siantar ternyata kelihatan patung itu (ini baru sadar pas di jalan pulang lagi ke Medan, parah!).




Dari vihara barulah kami menuju Danau Toba dengan formasi isi mobil berubah, saya pindah ke jok paling belakang karena ukuran badan paling mini. Jalan ke Prapat lebih asyik dari sebelumnya, di kanan kiri jalan yang dilihat pepohonan, hijau, sunyi, sejuk. Mendekati Prapat jalannya mulai berkelok-kelok dengan pemandangan jurang di sebelah kanan, lalu Danau Toba, rindu lautnya langsung terobati saya begitu melihat air Danau Toba yang luasnya sampai dinikmati 8 kabupaten. Di Prapat kami langsung menuju Ajibata, penyebrangan kapal fery yang bisa angkut mobil. Was-was banget karena kami sampai di Prapat kesorean, takut ketinggalan fery, tapi Alhamdulillah ya, sesuatu, mobil kami terangkut juga, penumpang terakhir. Penyebrangan Prapat ke Pulau Samosir kira-kira 45 menit, biar nggak bosan kami main UNO di kapal, eh malah diliatin orang-orang karena aneh kali wanita-wanita berjilbab duduk ngeleseh di samping mobil main kartu, bubar deh.

Hari udah gelap pas kami sampai di pelabuhan Tomok, pulau samosir. Next stop nya penginapan di desa tuk-tuk, tadi di jalan sih mau booking eh tapi udah penuh, jadi sampai tuk-tuk kami nyoba langsung ke penginapannya mana tau ada kamar kosong karena menurut teman kami yang pernah kesini sebelumnya ini penginapan paling bagus didaerah Tuk-tuk, dan lagi-lagi Alhamdulillah ya kami dapet 2 kamar deluxe kosong buat berdelapan, kami pendatang yang check in terakhir. Allah bersama para pelancong yang nekat :D



Karena udah malam dan nggak bisa jalan kemana mana akhirnya selesai makan malam di Rumah Makan Muslim di depan penginapan yang didatangin pake mobil karena nggak tau jauh apa nggaknya, kami main UNO lagi di teras, siapa yang kalah dicoret mukanya pake lipstick, saya berhasil menjaga perawatan wajah karena dibantu abang sebelah biar menang. Permainan berhenti setelah penjaga penginapan minta tolong kami buat kontrol suara, hahaha, keasyikan main sampe nggak kerasa udah tengah malam ternyata.

Pagi-pagi butanya -buat saya setidaknya karena biasanya hari minggu itu leyeh-leyeh dikamar sampe matahari tinggi- kami semua udah mandi. Liburannya singkat jadi sayang gitu waktunya kalo kebuang. Terus turun ke halaman penginapan yang langsung Danau Toba, bagus deh penginapannya, menjual banget view-nya, tamannya diatur sedemikian rupa biar pengunjung betah disitu, buat yang beruntung teras kamarnya malah bisa langsung liat danau toba tanpa terhalang bangunan.

Lalu kami ke penyewaan sepeda, olahraga gowes sejenak niatnya. Senengnya bukan main awalnya naik sepeda lagi di cuaca dingin-dingin empuk begitu, pas dijalanin baru deh kerasa kakinya tremor kanan kiri, gile sirkuitnya naik turun cyiiinnnn, pas turunnya sih asik pas naik ini, mana sepedanya nggak semuanya bagus lagi kondisinya, terpaksa turun ngedorong-dorong sepeda karena nggak kuat. Rencana naik sepeda dua jam pun disingkat jadi setengah jam. Segitupun udah cukup ngilangin kepenatan kerja loh ya, kapan lagi bisa naik sepeda sambil liat danau, kena angin segar, nggak ada beban pikiran coba?




Sampai penginapan kita semua nyebur ke Danau Toba. Ini pertama kalinya loh saya nyebur, walaupun udah berkali-kali ke dantob, biasanya paling banter cuma main bebek-bebekan yang di dayung itu. Airnya dingiiiiinnnn banget, karena anginnya kencang sepertinya, saya cuma tahan 15 menit di air, yang lain karena bisa berenang malah lanjut ke dermaga terapung yang jaraknya 15 meter dari darat. Sebelumnya malah ada adegan naik kano berdua pula teman saya sampai ke dermaga terapung itu.
Kelelahan sampai di tengah dan males berenang balik ke darat, meraka malah nawar harga ke bapak penjaja jasa speedboat. Jadilah kami semua naik speedboat keliling pinggiran pulau samosir, ngeliatin penginapan-penginapan lain yang juga nawarin view danau ke pengunjungnya, nyapa-nyapa pengemudi jetski, dadah-dadah nggak jelas ke orang-orang yang ngeliatin kita, dan akhirnya di jalan pulang malah salah satu dari kami nyetirin speedboat nya balik ke penginapan, bapak yang punya speedboat asik nongkrong di depan ngeliatin pemandangan.









Begitu aja liburan kami udah mau selesai, hari minggu jadwal penyebrangan penuh, mana seninnya harus kerja lagi kan jadi selesai main air langsung packing siap-siap pulang. Di pelabuhan tomok kami harus rela nunggu penyebrangan sejam setelahnya, sambil nunggu kami wisata dulu ke makam raja sidabutar yang nggak jauh dari situ, ke patung sigale-gale yang kalo pas beruntung bisa liat dia nari, ke pasar tomok yang jual banyak souvenir khas danau toba. Wisata kuliner? Disini nggak begitu bagus wisata kulinernya buat yang muslim karena mayoritas Batak yang beragama Kristen sehingga agak ragu makan di tempat yang nggak ada label muslimnya.




Liburan kali ini dihabisi di kapal penyeberangan menuju Prapat dengan diiringi lagu-lagu batak yang dinyanikan anak-anak kecil di dalam kapal dengan suara yang dahsyat sekali kerasnya. Jangan dilihat dari kualitas suaranya sih sebenarnya walaupun nggak jelek-jelek amat, lihat dari keinginan mereka mencari uang sendiri untuk mereka sekolah.


FYI, biaya buat penginapan 540 ribu untuk dua kamar deluxe dengan 2 kasur tambahan di masing-masing kamar, 95 ribu untuk penyebrangan mobil sekali jalan, 120 ribu untuk speedboat setengah jam perjalanan di air, 10 ribu untuk sewa ban bagi yang tidak pandai berenang.

10 Oktober Seharusnya

Tulisan ini seharusnya diposting 10 Oktober yang lalu karena tanggalnya bertepatan peringatan dua tahun, tapi berhubung modem sedang tidak ada kuotanya jadi saya menundanya sampai hari ini. Anggap saja ini 10 Oktober 2012 ya!

Tepat dua tahun yang lalu saya dan teman seangkatan di kampus yang belakangan tenar oleh kasus Gayus disibukkan dengan kebaya dan jas hitam. Dilingkupi bahagia bisa melewati tahun-tahun sulit sebelumnya. Kami wisuda.

Wisuda itu jembatan, begitu kata teman saya di socmed nya. Ya, wisuda itu jembatan juga buat saya, jembatan menuju dunia yang sekarang saya pijak. Dunia yang penuh dengan ketidakadilan menurut saya, penuh pembatasan disana sini.

Saya tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa akhirnya wisuda mengantarkan saya ke keadaan seperti sekarang ini dimana saya harus bangun pagi-pagi buta untuk siap-siap mengejar absen yang sebenarnya nggak lari kemana-mana, menyelesaikan ini itu yang kadang nggak sesuai sama peraturan yang ada, menahan emosi karena rekan yang bekerja sama nggak se-ideal yang saya bayangkan, sampai mengurangi kehidupan sosial di lingkungan rumah saking berharganya hari libur dan bangun siang itu.

Tua rasanya kalau ingat tahun-tahun saya sebelum wisuda masih bisa bergadang menonton serial korea sampai pagi lagi, jalan-jalan liburan sana sini dengan kondisi dompet yang mengenaskan, dan selalu pulang kerumah dengan wajah semangat, tidak kuyu kayak tiap sore jam 5.30 belakangan ini.

Hari ini saya merasa dunia benar-benar berputar, saya sedang ditengah, belajar menerima apa yang saya hadapi sekarang. Belajar mengikhlaskan apa yang sudah saya lewati, lalu tidak lagi membanding-bandingkan.

Lalu membicarakan ini ternyata membuat saya rindu belajar di kelas, mengerjakan tugas, berpura-pura bertanya tugas padahal pengennya curhat, ketiduran sambil membaca buku kuliah. Tapi dunia saya yang saya pijak hari ini tidak mengizinkan, baru saja diterbitkan pengumuman bahwa saya dan teman seangkatan tidak boleh kuliah sebelum dua tahun lagi, dua tahun setelah pengangkatan pegawai kami. Biarlah, saya cukup rindu saja. Bukankah besarnya rindu penentu nikmatnya pertemuan? (ini kata teman saya, bagus ya?)

10 Oktober ini pun wisuda. Wisuda teman baik saya yang seharusnya sudah bersama saya dan teman seangkatan mengecap dunia yang sama sejak dua tahun lalu. Selamat wisuda, Kawan! Selamat datang di dunia ketidakwarasan yang mirip seperti perangaimu ini.

Senin, 10 September 2012

Pandai-pandailah menjaga mood di pagi hari.
Sesalah apapun kostum yang kau pakai, percaya diri saja.
Sesemrawut apapun jalanan yang kau lewati, senyum saja.
Susah memang, tapi kalau kau tetap bisa menahan mood baik itu dihatimu di pagi hari, siang dan malammu pasti akan well done.

Sabtu, 08 September 2012

"Kamu juga percaya tidak ada satu peristiwa pun yang kebetulan, kan?"


-dee, dalam petir

Jumat, 07 September 2012

[BP]: Bagi Puisi

Pada Suatu Hari Nanti


pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri


pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati


pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari


-Sapardi Djoko Damono

Kamis, 06 September 2012



Bersabar, seperti kaktus yang menunggu bunganya mekar

Senin, 03 September 2012

Belajar Menjadi Pemimpin

Hei!

Kalau nanti kau jadi pemimpin, jadilah satu yang bijak.
Jangan menghardik bawahanmu (jika kau merasa pemimpin adalah atasan) didepan bawahanmu yang lain, apalagi jika yang kau hardik belum tentu bersalah hingga kau hardik.

Jangan juga mengambil hak mereka, anak buahmu (jika kau merasa pemimpin adalah bos). Cukup cukupkanlah rezeki yang ada padamu, jangan lagi serakah akan hak orang lain, sebab jika kau pemimpin seharusnya kaulah yang membagi sebagian hakmu untuk mensejahterakan anak buahmu, sekali lagi, itupun jika kau merasa kau adalah bos.


Hei!

Kalau kau nanti benar menjadi pemimpin, belajarlah lebih banyak.
Belajarlah untuk bicara lebih sopan, agar rekan-rekanmu menghormatimu, bawahanmu segan padamu, atasanmu bangga padamu.

Lalu belajarlah mendengar, apapun yang baik-baik yang bisa kau dengar. Karena percuma jika kau hanya bisa bicara tapi kau tidak bisa mendengar, kau tidak akan tau sekitar.

Jadilah pemimpin yang adil.
Adil bukan dalam arti memperlakukan yang sama pada semua hal/orang, tapi menempatkan semua/hal pada tempatnya,pada porsinya masing-masing, jangan sampai kekurangan, atau kelebihan.

Hei!
Sudah dulu ya, ingat aku kalau nanti kau benar jadi pemimpin. Ingat bawahan-bawahan yang telah bekerja dan bekerja sama untukmu, untuk pemimpinnya sebab tanpa mereka, pemimpin tidak ada artinya.
Rasanya tau orang-orang terdekat bakal nggak sedekat biasanya lagi itu sama kayak pas baru aja duduk ke pesawat yang sebentar lagi bawa kita ke tempat yang jauh untuk waktu yang lama, dan itu pertama kalinya naik pesawat. Seneng karena saking excited nya, plus sedih karena bakal jauh. Buat aku jauh di jarak itu sama artinya jauh di hati, bullshit buat yang bilang jauh di jarak tetep bisa deket di hati.

Dulu pas sepupu-sepupu deket aku punya pacar, aku kayak gitu, mereka yang awalnya kemana mana bareng sama aku terus satu-satu punya pacar dan pergi sama pacarnya masing-masing, aku jadi nggak ada temen jalan, aku sedih. kayak ditinggalin kemanaaaaa gitu.

Sekarang juga gitu, sepupu-sepupu udah pada nikah, mantan pacar -yang setelah itu dengan tidak tau diri tetep dijadikan teman terdekat kayak saudara sendiri- akan nikah, temen jalan di kantor juga akan segera menikah, sementara aku masih dengan pacar -yang insya Allah jadi suami tapi nggak tau kapan- masih begini-begini aja, rasanya nyesek.

Childish ya?

Orang akan berbeda sikapnya pada temannya yang sama, jika dia sudah menikah. Karena menikah berarti bertambah dewasa, dan bertambah dewasa berarti semakin banyak yang dipikirkannya



Selamat mempersiapkan pernikahan kalian, semoga lancar. Aku sedang berusaha ikhlas untuk tidak sedekat biasanya, takut istri/suami kalian nanti marah :D

Rabu, 29 Agustus 2012

Lucu sekali ya masyarakat sekarang ini, pantang melihat wanita memakai cincin melingkar di jari manis langsung ditanya kapan akan menikah. Emangnya pakai cincin itu tanda akan segera menikah? Kalaupun memang akan nikah dalam beberapa waktu mbok ya jangan ditanya berulang ulang, bosen.

Nggak semua orang rezekinya sama, bertanya hal menikah itu hal sensitif, apalagi pada orang yang tidak begitu suka ditanya-tanya, seperti saya.

Kamis, 23 Agustus 2012

Untuk Seseorang yang Menjadi Angka Delapanku

Selamat pagi, Semoga hari ini menjadi harimu yang membahagiakan, persis seperti delapan tahun lalu ketika kutitipkan Al-qur’an ku di dekapanmu, itu pun jika kau bahagia saat itu.

Kau tau kenapa kau jadi angka delapan buatku? Angka delapan itu unik, muter-muter disitu aja, nggak ada garis keluar yang putus kalau ditulis, nggak kayak angka lainnya. Sama, hidupku juga, disitu-situ aja, di kamu-kamu juga, delapan tahun ini.

Sebenernya cuma mau mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” lewat media yang beda, sekalian promosi sidekil ini, nggak papa kan ya? Mudah-mudahan kedewasaanmu bertambah seperti umurmu hari ini, kalaupun tidak, aku harap kau tetap terus belajar dewasa seperti selama ini.

Satu hal yang harus kau ingat, ku ingat, kita sama-sama ingat di usia ini, JANGAN TERLALU. Jangan melakukan apapun, terhadap apapun, yang terlalu. Karena semua yang terlalu akan mengakibatkan hal yang terlalu pula.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, dan segeralah pulang, untukku.

Kamis, 16 Agustus 2012

Pulang

Lebaran sebentar lagi, udah pada siap-siap mudik pasti ya. Aku lebih suka mengatakan pulang sih daripada mudik, mudik itu kesannya gimanaaaa gitu.

Alhamdulillah udah dua kali kali lebaran ini aku di homebase, nggak ada lagi ritual packing tengah malam karena besok subuhnya harus ngejar pesawat yang take off pagi-pagi. Nggak ada ritual tidur di taxi karena kepagian berangkat ke Bandara, dan nggak ada ritual ngantri nunggu koper masuk bagasi terus nunggu itu koper keluar –yang kadang ternyata udah nggak sama lagi bentuknya karena kasarnya petugas bagasi- di bandara selanjutnya.

Pulang itu punya kesan sendiri, selain ritual-ritual yang udah nggak aku jalanin dua tahun ini, ada juga perasaan yang nggak bisa dijelasin pake kata-kata, perasaan bakal ketemu orang-orang yang udah beberapa waktu nggak ketemu –ibu, bapak, adik, sepupu, pacar (mungkin)- yang campur aduk sama lelah karena abis dari perjalanan pulang itu sendiri.

Buat kalian yang pulang hari ini, atau besok, (atau lusa?), selamat pulang.
Selamat kembali ke pelukan tempat yang kalian rindukan, selamat bertemu orang-orang yang kalian sayangi. Semoga perjalanan pulang kalian menyenangkan dan tiba di tujuan dalam keadaan sehat. Lalu berbahagialah karena masih diberi kesempatan pulang, sebab banyak orang lain yang ingin pulang tapi tidak bisa pulang tapi tidak bisa pulang karena uang, atau tidak punya tempat untuk dia pulang.

Rabu, 15 Agustus 2012

Misuh Misuh

Pagi-pagi ngakak itu adalah awal hari yang cerah, katanya. Berarti pagi-pagi darah rendah-sakit kepala-berangkat kerja-sistemnya lemah-itu apa?

kadang-kadang pengen banget ngamuk sama orang-orang yang "di atas" tempat kerja aku ini, suka banget gitu buat peraturan yang buat ribet bawahan-bawahannya. Harusnya orang-orang yang "di atas" tuh mikirnya jangan cuma teoritis, pikirin juga pelaksanaannya dibawah nanti gimana. Belum lagi yang langsung berhubungan sama masyarakat ini kesel-kesel gini harus tetep senyum munafik, hhh



Negeri ini memang lucu, orang-orang yang di atas nggak pake dibawah dulu kadang-kadang buat posisi mereka, jadi nggak tau gimana susahnya aplikasi di bawah sini.

Selamat pagi, semoga siang dan malam ini nggak seperti pagi yang penuh omelan ini.

Selasa, 14 Agustus 2012

Touring to Simalem Resort via Tanah Karo

Travel story yang ini juga udah basi sebenernya, tapi sayang kalo nggak di share.

Ceritanya nih libur tiga hari tapi nggak kemana-mana, bosen kan ya, jadi ada temen yang baru pulang dari Lhokseumauwe (ini bener tulisannya kan ya?) ngajak jalan, terserah kemana yang penting nggak dirumah aja selama libur ini, dan kebetulan calon suami libur juga dinasannya, maka berangkatlah kami berlima –aku, calon suami, dan tiga orang teman sekolah kami- ke Brastagi.

Brastagi itu semacam dataran tinggi kayak puncak gitu, jalannya kelok-kelok serta udaranya dingin. Bingung sih awalnya mau ngapain kesana, yang diliat juga itu-itu aja, pemandangan gunung sinabung, ladang tomat, sama ladang strawberry, tapi sekali lagi, daripada nggak kemana-mana! Susah emang kalo kebiasaan nggak bisa diem dirumah.

Di tengah perjalanan, karena jalannya lumayan jauh, kami mampir dulu di warung jagung bakar di pinggir jurang penatapan, istirahat minum kopi sambil bersihin muka yang sepanjang jalan dihembus kepulan asap bus-bus lintas kota. Yah kekurangannya touring pake motor emang gitu sih, harus siap-siap lecek begitu nyampek tujuan karena di jalanan langsung interaksi sama udara/polusi bebas.



Pas ngelanjutin perjalanan ternyata jalur ke Brastagi yang dituju macet banget, lagi ada perbaikan jalan, lalu dengan cepat dan tepat kami pindah arah, kami menuju Taman Alam Lumbini. Taman alam ini semacam kompleks tempat peribadatan umat Budha, ada kuil utama berwarna keemasan dan sedikit taman bunga. Kenapa kami ke Taman alam ini? Pertama, belum pernah kesini, padahal temen-temen di social network udah pada ganti display picture pake latar kuil ini #apadeh, kedua, masuk kesini tuh gratis nggak bayar apa-apa, ketiga, mau kemana lagi coba? :D



Oke, karena taman alam nya tuh kecil, nggak sampek setengah jam udah selesai diputerin semuanya dengan dokumentasi berbagai gaya, sementara waktu masih siang, ditentukan lah tujuan selanjutnya yang nggak ngelewatin jalanan macet tadi, Simalem Resort 45 km!

Dengan semangat menggebu-gebu kami bergerak menuju ke Simalem, soalnya diliat dari google tempatnya ini bagus banget, view danau toba gitu. Tapi memang untuk melihat kupu-kupu kita harus tau kepompong terlebih dulu, dannnnn kepompongnya adalah, jalan menuju sana tuh rusak ternyata, walaupun nggak macet tapi tetep aja jadi nggak nyaman, hampir-hampir nggak percaya sama speedometer motor soalnya 45 km di papan penunjuk arah tadi rasanya lamaaaaaa banget. Belum pernah ada yang kesana pula diantara kami, percaya sama google maps aja bekalnya.

Setelah 2 jam lebih perjalanan dari Lumbini akhirnya kami sampai di Simalem Resort, pearl of Toba Lake. Tiket masuk ke lokasi ini lumayan mahal, satu motornya 85 ribu, untuk mobil 200an ribu, udah termasuk voucher makan/minum senilai 20ribu di kafe yang ditentukan dan peta wisata di dalam resort.

Pas masuk ke dalam lokasi resort kami langsung disuguhi pemandangan danau terbesar di Indonesia yang udah kayak laut aja kalau dilihat dari perbukitan ini. Keren? Ya! Buat yang hobi fotografi pemandangan disini cocok banget. Semuanya tertata rapi, rumput-rumputnya berbentuk, bunga-bunganya juga bagus susunannya, dan bersih. Di beberapa lokasi disediakan juga jasa penyewaan kuda untuk pendatang yang pengen jalan-jalan santai dalam radius dekat.




Sebenernya ada air terjun kembar nya juga, tapi harus trekking lagi sesuai jadwal, dan karena perjalanan jauh kami tadi waktunya nggak terkejar, terpaksa direlakan yang satu ini. Mungkin nanti suatu saat kesini lagi sambil camping.

Di Simalemnya cuma sejam-an karena waktunya nggak cukup dan ada undangan yang harus dihadiri. Kami balik lewat jalur yang tadi, jalur Medan-Tanah Karo-Sidikalang. Alhamdulillah jalur pulangnya sepi, sampai dirumah tepat waktu.


Sekian, sampai jumpa di travel story basi selanjutnya.

Senin, 13 Agustus 2012

Hal hal kecil yang kita syukuri itu bisa menciptakan sesuatu yang besar loh ternyata. Kayak pagi ini aku nggak sengaja nemu link blog temennya temen sekampus yang sebenernya isi blognya nggak terlalu “wow”, tapi aku salut sama kekonsistenannya dia buat ngeblog, dan kayaknya aku perlu ngikutin jejaknya dia nih, random dikit nggak apa lah ya daripada sidekil makin dekil.

Jadi ceritanya sabtu kemaren aku akhirnya kumpul lagi sama temen temen se organisasi sosial jaman SMA, emang sih kita baru aja ketemu sekitar dua bulanan yang lewat, tapi rasanya ini beda aja soalnya kumpul sekali ini nggak cuma angkatan aku aja tapi dari angkatan pertama sampe angkatan terakhir sekarang, tiga belas, yah walopun satu angkatan yang dateng juga cuma 5 orang. Terus biasanya kalo ngumpul tuh cuma kombur kombur nggak jelas, yang ini nggak, tadi ada adik kelas yang rencanain buat kegiatan donasi gitu ke orang miskin. Yeay, akhirnya ada juga ide-ide dari angkatan sekarang, angkatan yang di otak aku udah aku doktrin nggak bisa buat apa-apa kecuali manja manjaan di social network sama pacarnya dan lima menit kemudian maki-makian di jejaring yang sama.

Malemnya karena rayuan pelatihku yang ngakunya paling manis, kita semua makan durian, padahal ya ini jerawat masi pada subur segede bisul  Tapi demi kakak yang satu itu hapuslah sudah larangan makan durian dari dokter kulitku, hahhhhh, syukurnya sampe pagi tadi nggak ada bakal jerawat yang kepanasan minta keluar lagi di muka ini.

Oh yeah, you must know, di kota ini makan durian murah meriah lohhhh, kemaren beli 10 buah dikasi harga Rp 100.000 doang, bisa milih sendiri, kalo makan di tempat dikupasin dan kalo ada yang nggak bagus bisa dituker sama yang baru. Minat?? Sini….


foto diambil dari facebook-ku

Jumat, 03 Agustus 2012

Arung Jeram Sei Bingai

Jalan-jalan ini udah basi banget sebenernya, udah hampir setahun yang lalu, tapi saya rasa perlu untuk membagikannya menurut sudut pandang saya.

Ceritanya jalan-jalan ini karena seorang teman kerja yang gagal liburan ke suatu pulau cantik, padahal tiketnya udah terlanjur kebeli, untuk ngurangin kekecewaannya, beberapa dari kita -12 anak muda yang ada di kantor- ngerencanain buat liburan pengganti tapi yang deket-deket aja, tercetuslah arung jeram ini.
Kenapa 12? karena satu perahu muat buat 6-7 penumpang, so kita ngepasin buat 2 regu ditambah 2 orang pemandu dari event organizer nya, namanya sumatra expedition jungle kalo nggak salah.

Jarak sei bingai dari kantor kita yang berada di pinggiran selatan kota binjai lumayan dekat, kebetulan pada punya sepeda motor jadi dipakai biar hemat :)
Perjalanannya nggak sampe 1 jam (kalo nggak nyasar), dan syukurnya kami dijemput sama salah satu EO nya, jadi nggak banyak buang waktu.

Sampe disana kita disambut sama orang-orang di sebuah gubuk, markas EO itulah mungkin, terus kita persiapan make baju pelampung dan helem, packing perahu karet ke mobil, dan berangkat lagi. Ternyata perjalanan belum selesai, kita dibawa naik mobil pick up (mobil yang bak belakangnya terbuka) ke titik awal arung jeramnya selama 30 menitan dengan pemandangan yang nggak terlalu indah, banyak anjing berkeliaran di jalan, kerbau, pohon-pohon sawit, dan lewat belakang rumah penduduk.

Di titik awal yang ditentuin, perahu karet yang dibawa dipompa biar bisa dipake, terus kita dibagi regu dan diajarin teori-teori arung jeram kayak cara dayungnya gimana, kalo jatuh dari perahu gimana, aba-aba selama perjalanan arung jeram, gitu-gitu deh.
Sepuluh menit aja teorinya, kita langsung turun ke sungai sesuai tim nya. Awalnya sungainya biasa aja, nggak tenang sih cuma ombaknya juga nggak banyak. Lima menit setelah itu barulah arusnya nggak tenang, sering kita ber -wowww, wowwww rame rame.

Selama perjalanan kita nggak cuma duduk mendayung di perahu karet, ada bagian sungai yang harus dilewati dengan berenang menurut pemandu, nggak tau itu beneran harus dilewatin dengan berenang atau pemandunya emang pengen buat perjalanan ini bervariasi. Selain berenang ada juga lompat dari tebing setinggi 2 meter, tapi sayang hasil fotonya nggak ada yang bagus. Terus ada juga wisata makan jagung rebus, mungkin EO nya ada kerjasama dengan penjual jagung rebus :) Tapi sebenernya makan jagung rebus ketika badan basah abis berenang itu yummi :D
nggak jauh setelah pos jagung rebus pemandu bilang perjalanan kami akan segera selesai setelah melewati suatu turunan yang berupa bendungan curam, bayanginnya aja serem.

Pas ngelewatin bendungan itu kita disuruh telentang, nggak tau kenapa, mungkin biar perahunya seimbang. And here we are ....

Amazing Sei Bingai, setidaknya buat aku yang baru pertama ikut arung jeram :)

Kenapa setiap tulisan harus mempunyai judul?

Padahal bisa membangkitkan mood saya untuk berkunjung disini sudah merupakan suatu perjuangan berat, sama beratnya dengan bangun jam 5 pagi di hari libur yang mendung.
Tidak meng - ketik, hapus, ketiiiiikk, hapus, ketik lagi, hapus, diam, hapus seluruhnya - itu sebuah mukjizat buat penulis amatiran seperti saya ini.

Ah, entah kenapa begitu sulit meyakinkan diri sendiri bahwa tulisan saya nggak bakal di komen buruk.

Kamis, 26 Januari 2012

Jarum Jam

Entah apa yang dikejar jarum jam itu, berlari saja dia, padahal tidak apapun di depannya yang bisa diraihnya, jalur yang dilewatinya nanti pun sudah beratus ratus kali dilewatinya tadi, tapi tetap saja dia lalui sampai nanti energi dari baterainya usang sendiri.


Mungkin jika dia bisa bicara lewat nyaring bandul gong atau burung yang berkicau tiap enam puluh langkah kakinya dia akan mengeluh, betapa lelah hidup yang dilaluinya. Atau dia malah bersyukur? Sebab tiap langkah kakinya begitu tinggi harganya bagi kita, manusia. Satu langkahnya saja bisa membuat satu dari kita kehilangan nyawa, atau malah menangis bahagia.


Ah, jarum jam itu.

Kalau saja dia bisa berkomplot dengan jarum jam lainnya sedunia untuk berhenti sebentar saja ketika disampingku ada Dia, mungkin aku tidak akan sesakit kepala ini menahannya.