Kamis, 26 Januari 2012

Jarum Jam

Entah apa yang dikejar jarum jam itu, berlari saja dia, padahal tidak apapun di depannya yang bisa diraihnya, jalur yang dilewatinya nanti pun sudah beratus ratus kali dilewatinya tadi, tapi tetap saja dia lalui sampai nanti energi dari baterainya usang sendiri.


Mungkin jika dia bisa bicara lewat nyaring bandul gong atau burung yang berkicau tiap enam puluh langkah kakinya dia akan mengeluh, betapa lelah hidup yang dilaluinya. Atau dia malah bersyukur? Sebab tiap langkah kakinya begitu tinggi harganya bagi kita, manusia. Satu langkahnya saja bisa membuat satu dari kita kehilangan nyawa, atau malah menangis bahagia.


Ah, jarum jam itu.

Kalau saja dia bisa berkomplot dengan jarum jam lainnya sedunia untuk berhenti sebentar saja ketika disampingku ada Dia, mungkin aku tidak akan sesakit kepala ini menahannya.