Rabu, 29 Agustus 2012

Lucu sekali ya masyarakat sekarang ini, pantang melihat wanita memakai cincin melingkar di jari manis langsung ditanya kapan akan menikah. Emangnya pakai cincin itu tanda akan segera menikah? Kalaupun memang akan nikah dalam beberapa waktu mbok ya jangan ditanya berulang ulang, bosen.

Nggak semua orang rezekinya sama, bertanya hal menikah itu hal sensitif, apalagi pada orang yang tidak begitu suka ditanya-tanya, seperti saya.

Kamis, 23 Agustus 2012

Untuk Seseorang yang Menjadi Angka Delapanku

Selamat pagi, Semoga hari ini menjadi harimu yang membahagiakan, persis seperti delapan tahun lalu ketika kutitipkan Al-qur’an ku di dekapanmu, itu pun jika kau bahagia saat itu.

Kau tau kenapa kau jadi angka delapan buatku? Angka delapan itu unik, muter-muter disitu aja, nggak ada garis keluar yang putus kalau ditulis, nggak kayak angka lainnya. Sama, hidupku juga, disitu-situ aja, di kamu-kamu juga, delapan tahun ini.

Sebenernya cuma mau mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” lewat media yang beda, sekalian promosi sidekil ini, nggak papa kan ya? Mudah-mudahan kedewasaanmu bertambah seperti umurmu hari ini, kalaupun tidak, aku harap kau tetap terus belajar dewasa seperti selama ini.

Satu hal yang harus kau ingat, ku ingat, kita sama-sama ingat di usia ini, JANGAN TERLALU. Jangan melakukan apapun, terhadap apapun, yang terlalu. Karena semua yang terlalu akan mengakibatkan hal yang terlalu pula.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, dan segeralah pulang, untukku.

Kamis, 16 Agustus 2012

Pulang

Lebaran sebentar lagi, udah pada siap-siap mudik pasti ya. Aku lebih suka mengatakan pulang sih daripada mudik, mudik itu kesannya gimanaaaa gitu.

Alhamdulillah udah dua kali kali lebaran ini aku di homebase, nggak ada lagi ritual packing tengah malam karena besok subuhnya harus ngejar pesawat yang take off pagi-pagi. Nggak ada ritual tidur di taxi karena kepagian berangkat ke Bandara, dan nggak ada ritual ngantri nunggu koper masuk bagasi terus nunggu itu koper keluar –yang kadang ternyata udah nggak sama lagi bentuknya karena kasarnya petugas bagasi- di bandara selanjutnya.

Pulang itu punya kesan sendiri, selain ritual-ritual yang udah nggak aku jalanin dua tahun ini, ada juga perasaan yang nggak bisa dijelasin pake kata-kata, perasaan bakal ketemu orang-orang yang udah beberapa waktu nggak ketemu –ibu, bapak, adik, sepupu, pacar (mungkin)- yang campur aduk sama lelah karena abis dari perjalanan pulang itu sendiri.

Buat kalian yang pulang hari ini, atau besok, (atau lusa?), selamat pulang.
Selamat kembali ke pelukan tempat yang kalian rindukan, selamat bertemu orang-orang yang kalian sayangi. Semoga perjalanan pulang kalian menyenangkan dan tiba di tujuan dalam keadaan sehat. Lalu berbahagialah karena masih diberi kesempatan pulang, sebab banyak orang lain yang ingin pulang tapi tidak bisa pulang tapi tidak bisa pulang karena uang, atau tidak punya tempat untuk dia pulang.

Rabu, 15 Agustus 2012

Misuh Misuh

Pagi-pagi ngakak itu adalah awal hari yang cerah, katanya. Berarti pagi-pagi darah rendah-sakit kepala-berangkat kerja-sistemnya lemah-itu apa?

kadang-kadang pengen banget ngamuk sama orang-orang yang "di atas" tempat kerja aku ini, suka banget gitu buat peraturan yang buat ribet bawahan-bawahannya. Harusnya orang-orang yang "di atas" tuh mikirnya jangan cuma teoritis, pikirin juga pelaksanaannya dibawah nanti gimana. Belum lagi yang langsung berhubungan sama masyarakat ini kesel-kesel gini harus tetep senyum munafik, hhh



Negeri ini memang lucu, orang-orang yang di atas nggak pake dibawah dulu kadang-kadang buat posisi mereka, jadi nggak tau gimana susahnya aplikasi di bawah sini.

Selamat pagi, semoga siang dan malam ini nggak seperti pagi yang penuh omelan ini.

Selasa, 14 Agustus 2012

Touring to Simalem Resort via Tanah Karo

Travel story yang ini juga udah basi sebenernya, tapi sayang kalo nggak di share.

Ceritanya nih libur tiga hari tapi nggak kemana-mana, bosen kan ya, jadi ada temen yang baru pulang dari Lhokseumauwe (ini bener tulisannya kan ya?) ngajak jalan, terserah kemana yang penting nggak dirumah aja selama libur ini, dan kebetulan calon suami libur juga dinasannya, maka berangkatlah kami berlima –aku, calon suami, dan tiga orang teman sekolah kami- ke Brastagi.

Brastagi itu semacam dataran tinggi kayak puncak gitu, jalannya kelok-kelok serta udaranya dingin. Bingung sih awalnya mau ngapain kesana, yang diliat juga itu-itu aja, pemandangan gunung sinabung, ladang tomat, sama ladang strawberry, tapi sekali lagi, daripada nggak kemana-mana! Susah emang kalo kebiasaan nggak bisa diem dirumah.

Di tengah perjalanan, karena jalannya lumayan jauh, kami mampir dulu di warung jagung bakar di pinggir jurang penatapan, istirahat minum kopi sambil bersihin muka yang sepanjang jalan dihembus kepulan asap bus-bus lintas kota. Yah kekurangannya touring pake motor emang gitu sih, harus siap-siap lecek begitu nyampek tujuan karena di jalanan langsung interaksi sama udara/polusi bebas.



Pas ngelanjutin perjalanan ternyata jalur ke Brastagi yang dituju macet banget, lagi ada perbaikan jalan, lalu dengan cepat dan tepat kami pindah arah, kami menuju Taman Alam Lumbini. Taman alam ini semacam kompleks tempat peribadatan umat Budha, ada kuil utama berwarna keemasan dan sedikit taman bunga. Kenapa kami ke Taman alam ini? Pertama, belum pernah kesini, padahal temen-temen di social network udah pada ganti display picture pake latar kuil ini #apadeh, kedua, masuk kesini tuh gratis nggak bayar apa-apa, ketiga, mau kemana lagi coba? :D



Oke, karena taman alam nya tuh kecil, nggak sampek setengah jam udah selesai diputerin semuanya dengan dokumentasi berbagai gaya, sementara waktu masih siang, ditentukan lah tujuan selanjutnya yang nggak ngelewatin jalanan macet tadi, Simalem Resort 45 km!

Dengan semangat menggebu-gebu kami bergerak menuju ke Simalem, soalnya diliat dari google tempatnya ini bagus banget, view danau toba gitu. Tapi memang untuk melihat kupu-kupu kita harus tau kepompong terlebih dulu, dannnnn kepompongnya adalah, jalan menuju sana tuh rusak ternyata, walaupun nggak macet tapi tetep aja jadi nggak nyaman, hampir-hampir nggak percaya sama speedometer motor soalnya 45 km di papan penunjuk arah tadi rasanya lamaaaaaa banget. Belum pernah ada yang kesana pula diantara kami, percaya sama google maps aja bekalnya.

Setelah 2 jam lebih perjalanan dari Lumbini akhirnya kami sampai di Simalem Resort, pearl of Toba Lake. Tiket masuk ke lokasi ini lumayan mahal, satu motornya 85 ribu, untuk mobil 200an ribu, udah termasuk voucher makan/minum senilai 20ribu di kafe yang ditentukan dan peta wisata di dalam resort.

Pas masuk ke dalam lokasi resort kami langsung disuguhi pemandangan danau terbesar di Indonesia yang udah kayak laut aja kalau dilihat dari perbukitan ini. Keren? Ya! Buat yang hobi fotografi pemandangan disini cocok banget. Semuanya tertata rapi, rumput-rumputnya berbentuk, bunga-bunganya juga bagus susunannya, dan bersih. Di beberapa lokasi disediakan juga jasa penyewaan kuda untuk pendatang yang pengen jalan-jalan santai dalam radius dekat.




Sebenernya ada air terjun kembar nya juga, tapi harus trekking lagi sesuai jadwal, dan karena perjalanan jauh kami tadi waktunya nggak terkejar, terpaksa direlakan yang satu ini. Mungkin nanti suatu saat kesini lagi sambil camping.

Di Simalemnya cuma sejam-an karena waktunya nggak cukup dan ada undangan yang harus dihadiri. Kami balik lewat jalur yang tadi, jalur Medan-Tanah Karo-Sidikalang. Alhamdulillah jalur pulangnya sepi, sampai dirumah tepat waktu.


Sekian, sampai jumpa di travel story basi selanjutnya.

Senin, 13 Agustus 2012

Hal hal kecil yang kita syukuri itu bisa menciptakan sesuatu yang besar loh ternyata. Kayak pagi ini aku nggak sengaja nemu link blog temennya temen sekampus yang sebenernya isi blognya nggak terlalu “wow”, tapi aku salut sama kekonsistenannya dia buat ngeblog, dan kayaknya aku perlu ngikutin jejaknya dia nih, random dikit nggak apa lah ya daripada sidekil makin dekil.

Jadi ceritanya sabtu kemaren aku akhirnya kumpul lagi sama temen temen se organisasi sosial jaman SMA, emang sih kita baru aja ketemu sekitar dua bulanan yang lewat, tapi rasanya ini beda aja soalnya kumpul sekali ini nggak cuma angkatan aku aja tapi dari angkatan pertama sampe angkatan terakhir sekarang, tiga belas, yah walopun satu angkatan yang dateng juga cuma 5 orang. Terus biasanya kalo ngumpul tuh cuma kombur kombur nggak jelas, yang ini nggak, tadi ada adik kelas yang rencanain buat kegiatan donasi gitu ke orang miskin. Yeay, akhirnya ada juga ide-ide dari angkatan sekarang, angkatan yang di otak aku udah aku doktrin nggak bisa buat apa-apa kecuali manja manjaan di social network sama pacarnya dan lima menit kemudian maki-makian di jejaring yang sama.

Malemnya karena rayuan pelatihku yang ngakunya paling manis, kita semua makan durian, padahal ya ini jerawat masi pada subur segede bisul  Tapi demi kakak yang satu itu hapuslah sudah larangan makan durian dari dokter kulitku, hahhhhh, syukurnya sampe pagi tadi nggak ada bakal jerawat yang kepanasan minta keluar lagi di muka ini.

Oh yeah, you must know, di kota ini makan durian murah meriah lohhhh, kemaren beli 10 buah dikasi harga Rp 100.000 doang, bisa milih sendiri, kalo makan di tempat dikupasin dan kalo ada yang nggak bagus bisa dituker sama yang baru. Minat?? Sini….


foto diambil dari facebook-ku

Jumat, 03 Agustus 2012

Arung Jeram Sei Bingai

Jalan-jalan ini udah basi banget sebenernya, udah hampir setahun yang lalu, tapi saya rasa perlu untuk membagikannya menurut sudut pandang saya.

Ceritanya jalan-jalan ini karena seorang teman kerja yang gagal liburan ke suatu pulau cantik, padahal tiketnya udah terlanjur kebeli, untuk ngurangin kekecewaannya, beberapa dari kita -12 anak muda yang ada di kantor- ngerencanain buat liburan pengganti tapi yang deket-deket aja, tercetuslah arung jeram ini.
Kenapa 12? karena satu perahu muat buat 6-7 penumpang, so kita ngepasin buat 2 regu ditambah 2 orang pemandu dari event organizer nya, namanya sumatra expedition jungle kalo nggak salah.

Jarak sei bingai dari kantor kita yang berada di pinggiran selatan kota binjai lumayan dekat, kebetulan pada punya sepeda motor jadi dipakai biar hemat :)
Perjalanannya nggak sampe 1 jam (kalo nggak nyasar), dan syukurnya kami dijemput sama salah satu EO nya, jadi nggak banyak buang waktu.

Sampe disana kita disambut sama orang-orang di sebuah gubuk, markas EO itulah mungkin, terus kita persiapan make baju pelampung dan helem, packing perahu karet ke mobil, dan berangkat lagi. Ternyata perjalanan belum selesai, kita dibawa naik mobil pick up (mobil yang bak belakangnya terbuka) ke titik awal arung jeramnya selama 30 menitan dengan pemandangan yang nggak terlalu indah, banyak anjing berkeliaran di jalan, kerbau, pohon-pohon sawit, dan lewat belakang rumah penduduk.

Di titik awal yang ditentuin, perahu karet yang dibawa dipompa biar bisa dipake, terus kita dibagi regu dan diajarin teori-teori arung jeram kayak cara dayungnya gimana, kalo jatuh dari perahu gimana, aba-aba selama perjalanan arung jeram, gitu-gitu deh.
Sepuluh menit aja teorinya, kita langsung turun ke sungai sesuai tim nya. Awalnya sungainya biasa aja, nggak tenang sih cuma ombaknya juga nggak banyak. Lima menit setelah itu barulah arusnya nggak tenang, sering kita ber -wowww, wowwww rame rame.

Selama perjalanan kita nggak cuma duduk mendayung di perahu karet, ada bagian sungai yang harus dilewati dengan berenang menurut pemandu, nggak tau itu beneran harus dilewatin dengan berenang atau pemandunya emang pengen buat perjalanan ini bervariasi. Selain berenang ada juga lompat dari tebing setinggi 2 meter, tapi sayang hasil fotonya nggak ada yang bagus. Terus ada juga wisata makan jagung rebus, mungkin EO nya ada kerjasama dengan penjual jagung rebus :) Tapi sebenernya makan jagung rebus ketika badan basah abis berenang itu yummi :D
nggak jauh setelah pos jagung rebus pemandu bilang perjalanan kami akan segera selesai setelah melewati suatu turunan yang berupa bendungan curam, bayanginnya aja serem.

Pas ngelewatin bendungan itu kita disuruh telentang, nggak tau kenapa, mungkin biar perahunya seimbang. And here we are ....

Amazing Sei Bingai, setidaknya buat aku yang baru pertama ikut arung jeram :)

Kenapa setiap tulisan harus mempunyai judul?

Padahal bisa membangkitkan mood saya untuk berkunjung disini sudah merupakan suatu perjuangan berat, sama beratnya dengan bangun jam 5 pagi di hari libur yang mendung.
Tidak meng - ketik, hapus, ketiiiiikk, hapus, ketik lagi, hapus, diam, hapus seluruhnya - itu sebuah mukjizat buat penulis amatiran seperti saya ini.

Ah, entah kenapa begitu sulit meyakinkan diri sendiri bahwa tulisan saya nggak bakal di komen buruk.