Sabtu, 18 Maret 2017

Tadi saya menyaksikan seorang ibu turun dari kereta api melalui pintu yg berlawanan arah dengan peron, dia lompat lalu melewati rel jalur 1 menuju peron yang satunya. Kepanikan melanda beberapa orang yang melihat, termasuk saya, sebab di jalur yang dilewatinya itu sudah datang kereta dari arah lain yang akan segera tiba. Sesampainya di peron yang kebetulan di tempat kursi tunggu yang saya duduki ibu itu berucap "Kenapa pada panik sih, santai aja, ini kan lebih dekat dengan mesjid (kebetulan dia memang akan sholat segera setelah turun), lagian kan ada Allah yang menjamin keselamatan kita, nggak usah takut bahaya". Detik itu juga saya berpikir, apakah memang jika kita yakin Allah menjamin keselamatan kita lalu kemudian kita tidak lagi bersikap hati - hati, lalu menyebrang jalan tanpa lihat kanan kiri?, Lalu jika saya merasa itu salah, apakah berarti saya tidak yakin Allah menjamin keselamatan saya?. Ah, biarlah, apapun yang penting si ibu selamat, dan saya tidak menyaksikan kejadian mengerikan seperti yang saya bayangkan.

Sabtu, 25 April 2015

Dari tujuh miliar penduduk bumi, mengapa yang aku rindukan hanya kamu? Dan anakmu.

Senin, 05 Januari 2015

Apem Putih Manis

Seringkali ketika memasak makanan bersantan seperti daun ubi santan, soto dan sejenisnya menyisakan santan encer yang mau dipakai kebanyakan takarannya tapi nggak dipakai sayang dibuang. Berjodoh dengan aku yang lagi gila-gilanya mencoba resep baru karena termotivasi dari kawan kerja yang hobi sekali memposting hasil masakannya, jadilah sabtu kemarin aku membuat apem (lagi) dari sisa santan encer mama itu.

Ini bukan kali pertama buat cemilan-cemilan gini, cuma selama ini nggak pede show up nya aja karena kebanyakan gosong, bantat,atau nggak mekar. Alhamdulillah yang ini rasanya pas, apalagi kalo dimakannya masih anget-anget :)


Bahan yang diperlukan untuk membuatnya gampang dicari, yaitu:
- 250 gr tepung beras
- 75 gr tepung terigu
- 225 ml santan encer
- 150 ml air kelapa
- 200 gr gula putih
- 1/2 sdt vanili
- 1/2 sdt garam
- 1 sdt ragi

Cara buatnya:
Campurkan air kelapa dengan gula putih di panci kecil yang dipanaskan di atas kompor sampai gulanya larut, matikan api, tunggu sampai agak dingin/hangat. Tambahkan santan encer ke dalam campuran air kelapa dan gula tersebut, aduk rata. Tuang kedalam tepung beras lalu tambahkan tepung terigu, aduk hingga tercampur sempurna. Aku sih menggunakan tangan aja jadi yang bergerindil bisa langdung dipecah. Tambahkan vanili, garam dan ragi, aduk lagi. Diamkan 30 menit di tempat kering. Setelah itu panaskan kukusan sampai cukup beruap sambil tuang adonan ke mangkuk cetakan, kukus sampai matang kira-kira 20 menit. Sajikan.

Kalau dirasa terlalu polos bisa ditambahkan ceres diatasnya, atau ditambahkan sedikit bubuk coklat agar sedikit berwarna seperti ini.


Selasa, 28 Oktober 2014

Memperkenalkan Habib

Ini adalah Habib Ikhwan, anakku. Ayahnya yang memberinya nama. Artinya? Kira-kira adalah Saudara Laki-Laki yang Dikasihi/Disayangi. Dia lahir 26 Mei 2014, hari senin jam 9.45 malam secara sectio caesar. Seminggu setelah aku dan geng kece kantorku kopdar di medan naik kereta api lalu besoknya creambath plus facial di salon pas jam kerja sore(persiapan yang matang untuk melahirkan kan?). Dia lahir ketika siangnya aku masih kerja di kantor dan mengajukan cutiku, niatnya sebulan sebelum HPL mau nyantai dirumah, taunya malamnya lahir karena air ketuban yang sudah bocor. Alhamdulillah Dia lahir sehat dan utuh, 2,7 kg panjang 41 cm, tidak cacat. Dia cucu pertama dari pihak orang tuaku dan cucu laki-laki pertama di pihak orang tua suamiku. Hari ini Dia sudah pandai telungkup sendiri, telantang sendiri setelahnya, menjerit-jerit, lalu ngoceh tidak jelas mengajak siapa yang didekatnya bercerita.




Jumat, 04 Juli 2014

Hari ini aku mencintaimu.
Besok aku akan berusaha mencintaimu lagi.
Lusa aku berharap masih mencintaimu.
Semoga Allah tau, selamanya aku ingin mencintaimu.
Meskipun dalam diam.