Senin, 12 Agustus 2013

Dua hari kemarin aku diajak pulang kampung sama keluarga dari suamiku. Ujung Batu namanya. Letaknya aku kurang tau pasti, tapi diantara Kisaran - Rantau Prapat, 226 km dari Medan, kalo ditempuh pake mobil pribadi kira-kira 7 jam, itu sudah pake berhenti pipis di dua pom bensin tapi nggak berhenti untuk makan siang atau sholat ya. Jalur kesananya bagus, jalannya mulus, tapi nggak begitu masuk ke detil kampungnya. Ujung batu ini ada di dalam dalamnya perkebunan Pulu Raja, Kabupaten Asahan.

Sebelum berangkat aku udah diingatkan oleh Bapak Uda (oke, panggilan-panggilan suku Batak ini masih memusingkan kepala saya) bahwa di kampung kami bakalan mandi di sungai karena nggak ada kamar mandi. Dan benar, rumah opung ada di pinggiran sungai Asahan, menurut cerita, dirumah itu sudah berkali-kali membuat sumur bor untuk sumber air tapi nggak bisa karena struktur tanahnya. Jadilah sebagian warga disitu membuat bak tampungan air hujan untuk kamar mandi mereka. Untuk masak, mereka membeli air bersih dalam dirigen, dan untuk mandi harus turun ke sungai sebelah kalo mau puas.

Sesampainya di kampung, aku disuruh duduk berjejer disamping suami, mau di upah-upah katanya. Disediain nasi sepiring besar, lauknya ayam kampung lengkap dari kepala sampai cekernya, biasanya ikan mas sih tapi karena akunya nggak bisa makan ikan diganti ayam. Upah-upahnya sederhana, kami disuruh megang piring nasi terus didoakan sama unde dan amang boru biar rukun berkeluarga, cepat dapet keturunan, dan lain lain dan lain lain, terus dikalungin sarung baru masing-masing. Upah-upah ini katanya upacara kecil untuk yang baru memasuki fase kehidupan baru, kan ceritanya aku keluarga barunya mereka nih karena nikah sama cucu Opung. Oiya, opung udah meninggal makanya yang upah-upah Unde sama Amang Boru.

Habis di upah-upah aku jadi ngerasa jadi orang Indonesia. Bukan orang Jawa lagi.