Kamis, 10 Februari 2011

P A G I

Belakangan aku suka memperhatikan pagi. Menenteramkan, menurutku, menyaksikan kumpulan cahaya menembus jendela kayu coklat yang masih penuh debu.


Pagi itu istimewa, kan ya? Kalau nggak, kenapa coba Allah menurunkan rezekinya pagi hari? Kalau nggak, nggak bakal aku post disini, kan ini blog buat hal-hal spesial aja, buat aku setidaknya.

Aku suka pagi, walaupun jarang bangun pagi ^o^. Ada saja yang “amazing” menurutku, terutama jalanan yang aku lewati setiap hari dari rumah menuju kantor. Proses pencarian rezeki yang ditebarkan Allah. Walaupun rezekinya belum juga didapetin.

Selain udaranya masih segar, jalanan di pagi hari itu juga relative lebih aman. Kenapa? Karena rumahku ada di pedesaan dan nggak diapit dua kota pemerintahan. Jadi cuma ada satu tujuan orang-orang di pagi hari, Kota, yang disanalah terdapat sekolah, kantor, pusat perbelanjaan, pasar, dan toko-toko. Jadi pagi hari itu orang-orang cuma berjalan ke satu arah saja, resiko bertabrakan kecil, bisa ngebut ^^

Ada lagi yang aku suka dari pagi. Karena pagi, aku selalu berpapasan dengan seorang Bapak yang kata orang-orang calon me**uaku. Bapak yang mirip banget wajahnya dengan dia. Dia, iya, ah kamu taulah siapa dia itu. Dan melihat Ayah, panggilanku untuk Bapak itu, selalu berhasil membuat aku ngelantur, senyum-senyum, membayangkan wajah”nya” nanti, berpikir bisakah nanti aku membuat dia tersenyum seperti Ayah tiap pagi. Ah, pagi, aku kejauhan mikir nih karena kamu.

Hal “amazing” lainnya, Pagi ternyata selalu punya kekuatan tersendiri yang hebat untuk menentukan seperti apa siang dan malam yang bakal aku jalanin. Kalau Pagi aja aku udah manyun, maka siangnya nggak bakal ceria, apalagi malemnya, rasanya kebawa terus yang di-manyun-in pagi tadi. Jadi, jangan manyun-manyun kalo pagi, kecuali mau disihir harinya sama pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar